Skandal di Bohemia (10)

Saat ia berbicara, secercah cahaya dari lampu samping sebuah kereta muncul di tikungan jalan. Itu adalah sebuah kereta landau kecil yang segera dikerubuti orang sesampai di depan pintu Briony Lodge.

Saat kereta itu berhenti, salah satu dari kerumunan laki-laki yang duduk-duduk di sudut jalan melesat dan membukakan pintu dengan harapan memperoleh pemberian uang, tapi orang itu segera disikut oleh orang lain yang memiliki niat yang sama.

Sebuah pertengkaran sengit pun pecah, yang diramaikan oleh dua orang penjaga, yang membela salah satu dari mereka, dan si pengasah gunting yang menyoraki kedua pihak.


Ada yang memukul, dan dalam sekejap si wanita, yang telah melangkah turun dari keretanya, telah menjadi pusat dari kerumunan kecil laki-laki yang marah dan saling pukul dengan kasar dengan tinju dan tongkat.

Holmes melesat ke dalam kerumunan itu untuk melindungi si wanita. Namun, saat ia baru saja mencapai si wanita, ia memekik dan terjatuh, dengan darah mengucur pada wajahnya. Saat itu pula para penjaga berlari ke satu arah sementara yang lain berlari ke arah yang lain, sementara para laki-laki berpakaian rapi yang menonton keributan itu tanpa melibatkan diri kini membantu si wanita dan merawat orang yang terluka itu.

Irene Adler, demikian aku akan memanggil namanya sejak sekarang, sudah cepat-cepat menaiki tangga. Tapi ia berhenti di puncak tangga rumah dan memandang ke arah jalan, dengan bentuk badannya yang luar biasa disinari cahaya dari aula.

“Apakah pria itu cedera?” ia bertanya.

“Dia mati,” seru beberapa suara.

“Tidak, tidak, dia masih hidup,” kata yang lain. “Tapi dia akan mati sebelum sempat dibawa ke rumah sakit.”

“Dia pemberani,” kata seorang wanita. “Mereka tentu akan mencuri dompet dan jam milik nyonya kalau orang ini tidak ada. Mereka itu penjahat yang kasar. Ah, dia sekarang bernafas.”

“Dia tak boleh dibaringkan di jalan. Boleh kami bawa dia masuk, Nyonya?”

“Tentu saja. Bawa dia masuk ke ruang duduk. Ada sofa yang nyaman di sana. Silakan lewat sini!”

Dengan perlahan dan sungguh-sungguh Holmes dibawa ke dalam Briony Lodge, dan dibaringkan di ruang utama, sementara aku masih mengamati peristiwa itu dari posisi saya di dekat jendela. Lampu-lampu telah dinyalakan, tapi tirai jendela itu belum dinyalakan, sehingga aku dapat melihat Holmes saat ia berbaring di atas sofa.

Aku tidak tahu pasti apakah ia pada saat itu merasa menyesal karena peran yang dimainkannya, tetapi aku tahu bahwa aku tak pernah merasa sangat malu pada diriku sendiri dalam hidupku daripada saat aku melihat makhluk cantik yang menjadi sasaran persekongkolanku, atau keanggunan dan kebaikan hati yang ditunjukkannya saat ia merawat orang yang sedang terluka itu.

Namun, akan menjadi pengkhianatan paling hitam terhadap Holmes jika aku menarik diri dari peran yang dipercayakannya kepadaku. Kukeraskan hatiku dan kurogoh roket asap dari balik rompiku. Lagi pula, menurutku, kami tidak melukainya. Namun kami mencegahnya melukai orang lain.

Holmes telah duduk di sofa, dan kulihat ia bergerak-gerak seperti orang yang membutuhkan udara segar. Seorang pembantu wanita lari bergegas dan membuka jendela. Pada saat itu juga kulihat Holmes melambaikan tangannya, dan dengan isyarat itu kulemparkan asap roket ke dalam ruangan sambil berseru, “Kebakaran”.

Kata itu belum lama terucap ketika seluruh kerumunan yang menonton, baik yang berpakaian rapi maupun tidak rapi – pria-pria terhormat, tukang-tukang kuda dan para wanita pelayan – bersama-sama menjerit, “Kebakaran”.

Asap tebal membumbung di ruangan itu dan keluar melalui jendela yang terbuka. Kulihat sekilas sosok-sosok yang berlarian dan sebentar kemudian terdengar suara Holmes, berusaha meyakinkan mereka semua peringatan itu salah.

Setelah menyelinap keluar dari kerumunan yang berseru-seru itu, aku menuju ke pojok jalan, dan sepuluh menit kemudian temanku telah menggandeng lenganku dan menjauh dari tempat yang ribut itu.

Ia berjalan dengan tangkas dan diam selama beberapa menit sampai kami tiba di sebuah jalan sepi yang mengarah ke Edgware Road.

“Kau melakukannya dengan sangat baik, dokter,” kata Holmes. “Sungguh sangat baik. Semua baik-baik saja.”

“Kau mendapatkan foto itu!”

“Aku tahu di mana foto itu disimpan.”

“Bagaimana kau mengetahuinya?”

“Dia menunjukkannya kepadaku, seperti yang sudah kukatakan padamu.”

“Aku masih belum paham.”

“Aku tak ingin menciptakan misteri,” katanya sambil tertawa. “Masalah ini sangat sederhana. Tentu saja, kau melihat bahwa setiap orang di jalan itu adalah pembantu kita. Mereka semua terlibat dalam peristiwa petang itu.”

“Menurutku juga begitu.”

“Lalu, saat perkelahian pecah, aku melumurkan cat merah basah di telapak tanganku. Aku maju, jatuh, menutup wajah dengan tanganku, dan menjadi sebuah tontonan yang menimbulkan rasa kasihan. Itu trik tua.”

“Aku sudah menduganya.”

“Kemudian mereka membawaku masuk. Wanita itu harus mengizinkanku masuk. Apa lagi yang bisa dilakukannya? Dan aku pun dibawa masuk ke dalam ruang duduk yang telah kuperkirakan sebelumnya. Foto itu disimpan di antara ruang itu dan kamar tidurnya dan aku ingin tahu di mana tempat yang pasti. Mereka membaringkan aku di sofa, aku bergerak seperti membutuhkan udara, mereka terbujuk untuk membuka jendela dan kau mendapatkan kesempatan untuk menjalankan peranmu.”

“Bagaimana hal itu bisa membantumu?”

No comments:

Post a Comment